KECELAKAAN KERJA DI INDUSTRI
Kecelakaan didefinisikan sebagai suatu kejadian
yang tak terduga, semula tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah
diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik bagi manusia
dan atau harta benda, Sedangkan kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak
terduga dan tidak diharapkan dan tidak terencana yang mengakibatkan luka,
sakit, kerugian baik pada manusia, barang maupun lingkungan. Bagian mesin, alat
kerja, tempat dan lingkungan kerja mungkin rusak oleh kecelakaan, Akibat dari
itu, terjadilah kekacauan organisasi (biasanya pada proses produksi), Orang
yang ditimpa kecelakaan mengeluh dan menderita, sedangkan keluarga dan
kawan-kawan sekerja akan bersedih hati, kecelakaan tidak jarang berakibat luka-luka,
terjadinya kelainan tubuh dan cacat, bahkan tidak jarang kecelakaan merenggut
nyawa dan berakibat kematian.
Kerugian-kerugian yang disebabkan oleh
kecelakaan dapat berupa banyak hal yang mana telah dikelompokkan menjadi 5,
yaitu :
1. Kerusakan.
2. Kekacauan
organisasi.
3. Keluhan,
kesakitan dan kesedihan.
4. Kelainan
dan cacat.
5. Kematian.
Pada dasarnya latar belakang terjadinya
kecelakaan di pengaruhi oleh 2 faktor, yaitu :
1. Unsafe
Condition.
Dimana kecelakaan terjadi
karena kondisi kerja yang tidak aman, sebagai akibat dari, beberapa poin
dibawah ini :
a.
Mesin, Peralatan, Bahan, dsb.
b.
Lingkungan Kerja
c.
Proses Kerja.
d.
Sifat Pekerjaan.
e.
Cara Kerja.
2. Unsafe
Action.
Dimana kecelakaan terjadi
karena perbuatan / tindakan yang tidak aman, sebagai akibat dari beberapa poin dibawah
ini :
a.
Kurangnya pengetahuan dan keterampilan.
b.
Karakteristik fisik.
c.
Karakteristik mental psikologis.
d.
Sikap dan tingkah laku yang tidak aman.
Kecelakaan kerja bersifat tidak menguntungkan,
tidak dapat diramal, tidak dapat dihindari sehingga tidak dapat diantisipasi
dan interaksinya tidak disengaja. Berdasarkan penyebabnya, terjadinya
kecelakaan kerja dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu langsung dan tidak
langsung. Adapun sebab kecelakaan tidak
langsung terdiri dari faktor lingkungan(zat kimia yang tidak aman, kondisi
fisik dan mekanik) dan faktor manusia (lebih dari 80%).
Pada umumnya kecelakaan terjadi karena
kurangnya pengetahuan dan pelatihan, kurangnya pengawasan, kompleksitas dan
keanekaragaman ukuran organisasi, yang kesemuanya mempengaruhi kinerja
keselamatan dalam industri konstruksi.
Para pekerja akan tertekan dalam bekerja
apabila waktu yang disediakan untuk merencanakan, melaksanakan dan
menyelesaikan pekerjaan terbatas. Manusia dan beban kerja serta faktor-faktor
dalam lingkungan kerja merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan,
yang disebut roda keseimbangan dinamis.
Untuk mencegah gangguan daya kerja, ada
beberapa usaha yang dapat dilakukan agar para buruh tetap produktif dan
mendapatkan jaminan perlindungan keselamatan kerja, yaitu:
1. Pemeriksaan
kesehatan sebelum bekerja (calon pekerja) untuk mengetahui apakah calon pekerja
tersebut serasi dengan pekerjaan barunya, baik secara fisik maupun mental.
2. Pemeriksaan
kesehatan berkala/ulangan, yaitu untuk mengevaluasi apakah faktor-faktor
penyebab itu telah menimbulkan gangguan pada pekerja.
3. Pendidikan
tentang kesehatan dan keselamatan kerja diberikan kepada para buruh secara
kontinu agar mereka tetap waspada dalam menjalankan pekerjaannya.
4. Pemberian
informasi tentang peraturan-peraturan yang berlaku di tempat kerja sebelum
mereka memulai tugasnya, tujuannya agar mereka mentaatinya.
5. Penggunaan
pakaian pelindung .
6. Isolasi
terhadap operasi atau proses yang membahayakan, misalnya proses pencampuran
bahan kimia berbahaya, dan pengoperasian mesin yang sangat bising
7. Pengaturan
ventilasi setempat/lokal, agar bahan-bahan/gas sisa dapat dihisap dan dialirkan
keluar.
8. Substitusi
bahan yang lebih berbahaya dengan bahan yang kurang berbahaya atau tidak
berbahaya sama sekali.
9. Pengadaan
ventilasi umum untuk mengalirkan udara ke dalam ruang kerja sesuai dengan
kebutuhan.
CONTOH KASUS
Jenis pabrik : industri minyak dan gas lepas pantai, platform
dengan berat 20000 metrix tons di laut utara yang memproduksi natural gas,
crude oil, dan liquified petroleum gas (Nat Geo source).
Kapasitas pabrik : 125 barrel per hari
Lokasi : terletak di Laut Utara sekitar 110 kilometer dari Aberdeen, Skotlandia
Jenis kecelakaan : ledakan
Penyebab kecelakaan : kebocoran gas dari pompa yang belum selesai diperbaiki
Kronologi peristiwa
Kapasitas pabrik : 125 barrel per hari
Lokasi : terletak di Laut Utara sekitar 110 kilometer dari Aberdeen, Skotlandia
Jenis kecelakaan : ledakan
Penyebab kecelakaan : kebocoran gas dari pompa yang belum selesai diperbaiki
Kronologi peristiwa
Kejadian
di mulai saat jam 6:00 PM, waktu dimana setiap Ijin Kerja harus di close-out
atau diperpanjang. Seorang pekerja (engineer) tidak menjalankan komunikasi
kepada Supervisor saat ia menutup Ijin Kerjanya, padahal pekerjaan tsb masih
belum selesai dan akan dilanjutkan besok harinya. Tanpa ada yang menyadari,
sebuah Permit yg lain dikeluarkan untuk pekerjaan lain, dimana pekerjaan
tersbut seharusnya dilakukan setelah pekerjaan pertama selesai.
Pekerjaan kedua tsb menyebabkan gas yang bertekanan bocor.
Pekerjaan kedua tsb menyebabkan gas yang bertekanan bocor.
Ledakan pertama, dikarenakan pipa gas berukuran
3 kaki yg bertekanan pecah Berdasarkan desain dari
platform itu sendiri , posisi Control Room sangat dekat dengan lokasi kebakaran
dimana CR tsb seharusnya berfungsi sebagai pusat komando apabila terjadi
emergency, dan design fire wall proof yang ada ternyata juga tidak mampu
bertahan, maka akhirnya CR tsb ditinggalkan /abandonned. Petugas CR hanya
berhasil mengirim berita mayday yg diterima oleh rig-rig tetangga yaitu
Claymore dan Tartans. Public Announcemnt gagal dilakukan. Hingga pekerja-
pekerja tidak ada yg tahu apa yangg terjadi dan tidak menerima instruksi lebih
lanjut. Singkat kata, Emergency
Response Plan gagal dieksekusi.
Kemudian, deluge-system sebagai sistem proteksi
kebakaran tidak berfungsi karena kebetulan sedang dalam kondisi MANUAL akibat
ada pekerjaan penyelaman. Dari auto di switch ke manual untuk menghindari si
penyelam tersedot oleh system yang memanfaatkan air laut ini.
Dikarenakan sistem tanggap darurat yg gagal
dilaksanakan, sistem boat penyelamatpun tidak sukses dilakukan. Pekerja-pekerja
yang tidak mendapat instruksi keadaan darurat tersebut berusaha menyelamatkan
diri. Beberapa yang tahu situasi berhasil meninggalkan rig. Beberapa ada yg
terpaksa melompat dari atas rig dgn ketinggian +/- 100 kaki (30 meteran).
Sayangnya kebanyakan dari mereka terperangkap di ruang tempat tinggalnya
/living quarter.
Kedua rig tetangga yang menerima pesan darurat
piper alpha ragu dengan apa yg sedang terjadi karena communication link dari
piper alpha terputus. Piper Alpha berada dtengah jaringan pipa distribusi
minyak dan gas onshore bersama Claymore dan Tartans rig. Akibat produksi minyak
yang tidak distop, terjadi tekanan balik ke Piper Alpha, ibaratnya sudah
terbakar malah ditambah bahan bakar yang bertekanan pula.
Namun sayangnya, fasilitas sistem pemadaman api
gagal berfungsi untuk menyemburkan airnya ke rig. Faros berusaha membentangkan
gangway nya ke rig, namun sayangnya pergerakannya sangat lambat, ia butuh waktu
5 menit. Hingga akhirnya terlambat.
Sementara dari kejauhan Claymore dan Tartans
dapat melihat cakrawala yang terang benderang dari lokasi Piper Alpha. Tapi
mereka ragu dan tetap tidak bertindak menshut down produksinya.
Ledakan kedua pun terjadi akibat akumulasi
aliran minyak dari rig Tartan dan rig Claymore, yang menghasilkan back pressure
ke jaringan pipa minyak dan gas Piper Alpha. Manajer kedua rig tetangga
tersebut tidak berani mengambil keputusan menyetop produksi, karena konsekuensi
yang sangat amat mahal dari sisi produksi. Ia harus menelepon manajer onshore
untuk mengkonfirmasi lebih dahulu. Namun setelah di komfirmasi lah tersbut
sudah terlambat.
Pencegahan di kemudian hari :
1. Pendidikan
tentang kesehatan dan keselamatan kerja diberikan kepada para buruh secara
kontinu agar mereka tetap waspada dalam menjalankan pekerjaannya.
2. Pemberian
informasi tentang peraturan-peraturan yang berlaku di tempat kerja sebelum
mereka memulai tugasnya, tujuannya agar mereka mentaatinya.
3. Penggunaan
pakaian pelindung .
4. Isolasi
terhadap operasi atau proses yang membahayakan, misalnya proses pencampuran
bahan kimia berbahaya, dan pengoperasian mesin yang sangat bising
5. Pengaturan
ventilasi setempat/lokal, agar bahan-bahan/gas sisa dapat dihisap dan dialirkan
keluar.
6. Substitusi
bahan yang lebih berbahaya dengan bahan yang kurang berbahaya atau tidak
berbahaya sama sekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar